Strategi Pembelajaran dalam Menghadapi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0
Era
Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat memunculkan
inovasi baru yang berpengaruh pada beberapa sektor, seperti ekonomi, budaya,
dan sosial. Peran manusia tergeser oleh teknologi sehingga mengubah cara kerja,
bekerja, dan berhubungan satu dengan yang lain (Tritularsih & Sutopo,
2017). Hal ini menyebabkan generasi selanjutnya perlu mengembangkan diri untuk
bisa bertahan dalam menghadapi Era Revolusi Industri 4.0.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
Era Revolusi Industri 4.0 membuat terobosan yang luar biasa untuk sebagian
orang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi mengakibatkan
beberapa sebagian orang menangkap kesempatan dan mampu memanfaatkan dengan
baik. Untuk sebagian orang yang mampu mengimbangi dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi mampu melahirkan suatu gagasan yang baru. Gagasan ini
muncul untuk menjawab pemenuh kebutuhan manusia dalam berbagai bidang, tidak
terkecuali pendidikan.
Banyak dijumpai di Era Revolusi Industri 4.0
berkembang aplikasi baru yang menyajikan penawaran pembelajaran yang lebih
menarik dan secara tidak langsung sedikit mengganti peran guru dalam pemberian
ilmu pengetahuan. Disamping itu, fasilitas siswa juga mendukung untuk mengakses
aplikasi penunjang kegiatan
pembelajaran seperti handphone misalnya. Hanya dengan fasilitas handphone,
siswa mampu mendapatkan banyak pengetahuan secara singkat dan lebih murah.
Siswa lebih mudah belajar dan dalam segi waktu lebih fleksibel karena siswa
mampu menentukan waktu dan tempat seperti yang dia inginkan. Hal ini tidak
didapatkan di dalam pembelajaran di sekolah. Banyak dijumpai, di sekolah
pembelajaran menggunakan banyak buku, pelaksanaan pembelajaran terbatas tempat
dan waktu, serta penyajian materi kurang menarik.
Pendidikan merupakan penopang utama di Era
Revolusi Industri 4.0. Pendidikan juga harus mengalami perubahan ke arah yang
lebih baik untuk mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perbaikan mutu dan kualitas guru diharapkan mampu mempersiapkan siswa dalam
menghadapi Era Revolusi Industri dan tidak menggeser peran guru sebagai mana
mestinya dengan hadirnya Google Asistence.
Angka 4 pada Era Revolusi Industri 4.0
menandakan ada 4 perkembangan Era Revolusi Industri sampai saat ini. Era
Revolusi industri pertama ditandai dengan penemuan mesin uap, sehingga barang
mampu diproduksi lebih banyak. Era Revolusi Industri 1.0 terjadi pada abad
ke-18. Setelah mesin uap ditemukan, penemuan listrik sekitar abad ke-19 sampai
abad ke-20 memberikan dampak yang luar biasa. Biaya produksi barang menjadi
lebih murah. Penemuan listrik menjadi penanda Era Revolusi Industri 2.0. Era
Revolusi Industri 3.0 ditengarai dengan penggunaan komputerisasi sekitar tahun
1970an. Era Revolusi industry 4.0 sekitar tahun 2010an ditandai dengan adanya
intelegensia dan internet of thing (Prasetyo & Sutopo, 2018). Intelegensia
dimaksudkan adanya kecerdasan buatan (artificial intelligence). Kecerdasan
buatan yang dihasilkan oleh manusia menjadi hal penting dalam menghubungkan
manusia dan mesin.
Era Revolusi Industri 4.0 memiliki empat manfaat (Prasetyo & Sutopo, 2018; Aldianto, Mirzanti, Sushandoyo, & Dewi, 2018) meliputi (1) Lebih cepat dalam pengembangan produk baru dan produksi fleksibel serta efisien sumber daya, (2) memperbaiki produktivitas, pendapat meningkat, peningkatan kualitas tenaga kerja, dan investasi meningkat, (3) melahirkan bisnis yang baru dan cara baru untuk mengkreasi nilai tambah, dan (4) menyederhanakan rantai bisnis.
(Umar, 2018) menguraikan ada tiga manfaat Era Revolusi Industri, yaitu:
· Inovasi
Merancang strategi menggunakan digital untuk melahirkan model-model bisnis baru
· Inklusivitas
Adanya layanan yang mampu menjangkau khalayak ramai di berbagai daerah. Manfaat yang diperoleh adalah orang yang tinggal jauh dari daerah metropolitan mampu menikmati layanan digital.
· Efisiensi
Dengan adanya Era Revolusi Industri 4.0 menjadikan bisnis lebih efisien (tepat sasaran). Pembisnis memerlukan kecerdasan dan strategi pemasaran.
Tantangan Era Revolusi Industri 4.0
Tantangan di Era Revolusi Industri harus dihadapi. Beberapa tantangan yang harus dihadapi pada Era Revolusi Industri 4.0 antara lain masalah keamanan informasi, mesin produksi harus stabil, keterampilan yang kurang memadai, keengganan untuk berubah, serta berkurangnya tenaga pekerjaan dalam jumlah yang banyak dikarenakan perubahan otomatisasi. Pendidikan sebaiknya menjadi jembatan penghubung antara siswa dengan dunia kerja sehingga dilahirkan SDM yang unggul. Keterampilan yang kurang memadai dapat
diantisipasi dengan pemilihan metode pembelajaran. Keterampilan dapat dilatih sejak dini. Metode pembelajaran di sekolah diharapkan memberikan bekal bagi siswa untuk menghadapi Era Revolusi Industri 4.0.
Era Revolusi Industri 4.0 tidak hanya tentang penyediaan fasilitas pendukung, namun penekannannya lebih kepada mempersiapkan pendidikan Indonesia sehingga lebih maju, mengejar ketertinggalan dengan negara-negara maju, dan mampu beradaptasi dengan Era Revolusi Industri 4.0 (Sudarminto, n.d.). Perbaikan pola pikir, mentalitas, dan nilai-nilai merupakan hal mendasar yang perlu dipersiapkan (Ristekdikti, 2017). Dibutuhkan kurikulum yang mampu mengembangkan logika, bahasa, dan kreativitas (Kuncoro, 2019).
Strategi Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0
Guru memberikan peranan penting dalam pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. Ada tiga hal penting yang harus dilakukan guru (Sukartono, 2018), yaitu menyiapkan siswa untuk mampu menciptakan pekerjaan yang saat ini belum ada, menyiapkan siswa untuk menyelesaikan masalah yang belum ada, dan menyiapkan anak untuk mampu menggunakan teknologi. Untuk mempersiapkan siswa menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 bukanlah hal yang mudah. Guru memerlukan strategi pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk berkembang.
Strategi pembelajaran berpengarauh terhadap
pola pikir dan apa yang akan dihasilkan siswa kelak nanti. Pemilihan strategi
pembelajaran mempunyai peranan penting dalam menyiapkan siswa menghadapi Era
Revolusi Industri 4.0. Adapun lima strategi yang bisa digunakan guru dalam
pembelajaran (Guru Produktif, 2019), yaitu:
· Membantu siswa dalam belajar
Proses pembelajaran yang terjadi adalah teacher
center. Guru sebagai sumber informasi satu-satunya di dalam kelas. Guru
menjelaskan pembelajaran, siswa diberikan waktu untuk menyalin catatan di papan
tulis, siswa mengerjakan latihan soal, pembahasan, dan dilanjutkan dengan
penilaian. Untuk anak yang memperoleh nilai yang baik, mendapatkan apresiasi
dari guru. Namun untuk siswa yang belum mendapat nilai baik, belum ada tindakan
khusus/ remedial dari guru.
Adapun empat pilar pendidikan menurut Unesco
(Rahmat, 2004) adalah:
1) Learning
to do
Diharapkan siswa memahami pembelajaran, bukan
hanya mengetahui.
2) Learning
to know
Siswa diharapkan tidak hanya sebagai pendengar,
namun juga mengimplementasikan informasi yang diperoleh dengan praktik.
3) Learning
to be
Setiap manusia diberikan bakat dan minat
berbeda dengan orang lain. Siswa diharapkan mampu menjadi diri sendiri.
Mengucap syukur atas segala kelebihan dan kekurangan diri.
4) Learning
to live together
Diharapkan hasil dari pembelajaran, siswa mampu
hidup bersama dengan orang lain, mampu menempatkan diri, saling menghormati,
dan menghargai.
Untuk membangun empat pilar pendidikan tersebut, guru harus meningkatkan kualitasnya dengan memperkaya pengetahuan tentang metode pembelajaran yang tepat. Pembelajaran teacher center belum memberikan konstribusi yang besar.
·
Adanya
kesempatan untuk berkembang dan berprestasi
Ukuran keberhasilan siswa biasa hanya dipandang dari angka yang diperoleh. Peringkat di kelas menandakan prestasi yang didapatkan siswa. Tanpa disadari, manusia diciptakan Tuhan memiliki kecerdasan yang berbeda. Howard Garner (Tobeli, 2009) mengungkapkan ada sembilan kecerdasan majemuk, meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis, kecerdasan ruang, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Guru bisa mengembangkan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa saat pembelajaran di kelas. Pemberian stimulus dan pengarahan guru mampu merangsang kecerdasan siswa akan meningkat sehingga siswa diberikan kesempatan uktuk berkembang dan berprestasi sesuai kecerdasan yang dimilikinya.
·
Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK)
Pendidikan karakter harus dikembangkan sedini mungkin. Penanaman karakter tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kelanjutan dan revitalisasi dari pendidikan karakter dari tahun 2010. PPK dinilai penting dikembangkan di dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan, bahwa PPK memiliki peranan penting seperti ancaman keutuhan dan masa depan bangsa, menghadapi tantangan global, dan membentuk etika pada siswa (Kemendikbud, 2017). Kunci penerapan PPK terletak pada pembiasaan (habit) di sekolah. Guru memiliki peranan besar dalam penanaman pendidikan karakter.
·
Melek
teknologi
Era Revolusi Industri 4.0 menuntut sebagian besar orang memahami akan arti pentingnya teknologi. Teknologi yang ada memberikan banyak pengaruh yang baik dalam kehidupan. Pemanfaatan teknologi yang tepat dalam pembelajaran memberikan tambahan pengetahuan yang baik kepada guru untuk ditransfer ke siswa. Sebaiknya guru mampu memanfaatkan fasilitas teknologi seperti dengan pencarian bahan ajar yang lebih menarik sehingga siswa bersemangat mengikuti pembelajaran. Selain untuk pencarian bahan ajar, guru bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk mendukung pembelajaran dengan cara menjadi blogger. Hal ini akan membantu siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan. Selain itu, siswa mampu mengulang materi yang diberikan guru dimana saja siswa berada dan kapanpun siswa mau. Tentunya didukung dengan fasilitas yang memadai. Guru harus memberikan pengertian kepada siswa untuk menggunakan teknologi untuk hal yang baik.
· Menjadi
guru efektif
Guru efektif adalah guru yang selalu berpikir bagaimana cara menjadi lebih baik (Henson & Eller dalam Fatimaningrum, 2011). Guru efektif bukan hanya mengetahui pelajaran, namun bagaimana guru mampu menyampaikan kepada siswa dengan baik. Dengan cara pikir guru mau menjadi lebih baik, guru akan mencari solusi apabila dalam pembelajaran, ilmu yang ditransfer ke siswa belum sepenuhnya dipahami. Adapun karakteristik guru efektif (Dzulkifli & Sari, 2015) yaitu (1) memiliki rasa simpati yang tinggi, melayani, dan menganggap bahwa siswa merupakan anak sendiri, (2) ikhlas dalam memberikan ilmu dan tidak meminta balasan dalam bentuk apapun, (3) memberikan tanggung jawab kepada siswa (tugas) berdasarkan porsi setiap siswa, (4) memberikan nasehat apabila siswa melakukan pelanggaran, (5) semua ilmu memiliki kedudukan yang sama, (6) tidak memaksakan siswa untuk mencapai target yang telah ditentukan, (7) pemberian bahan ajar yang lebih sederhana untuk anak yang belum bisa memahami pelajaran dengan baik.
Kesimpulannya Garda terdepan pendidikan adalah guru. Namun di Era Revolusi Industri peran guru bergeser dengan hadirnya Google Asistence. Diperlukan strategi pembelajaran yang menarik sehingga guru memiliki peranan sebagaimana mestinya. Adapun enam strategi pembelajaran yang dapat diterapka di Era Revolusi Industri 4.0, yaitu (1) membantu siswa dalam belajar, (2) memberikan kesempatan siswa untuk berkembang dan berprestasi, (3) Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), (4) melek teknologi, dan (5) menjadi guru efektif.