Pixabay.com |
Sebagaimana telah kita pahami menjadi
seorang mukmin tidaklah cukup hanya sebatas pengakuan saja. Pengakuan hendaknya
harus kita buktikan dalam bentuk sikap yang terpuji dan amal shaleh. Bila
tidak, Allah SWT akan menyatakan bahwa ia bukan orang yang beriman.
وَمِنَ النَّاسِ
مَنْ يَقُوْلُ آمَنَّابِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِوَمَاهُمْ بِمُؤْمِنِيْنَ
"Dan diantara kamu(manusia) ada yang berkata: 'kami beriman kepada Allah dan hari Akhir' padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman." (QS. Al-Baqarah [2]: 8)
Karena itu, untuk membuktikan kebenaran iman seseorang Allah SWT akan mengujinya, baik ujian itu dalam bentuk hal-hal yang menyenangkan seperti harta yang banyak, kedudukan yang tinggi, popularitas yang mencuat, wajah yang tampan atau cantik, dan sebagainya. ataupun ujian yang tidak menyenangkan seperti penyakit yang diderita, risiko yang menimpa, paras yang jelek, kedudukan yang rendah, dan yang lainnya. Sekarang ini yang justru banyak terjadi, ketika seseorang mengalami hal-hal yang menyenangkan kita jadi lupa diri, sehingga kita lupa cara untuk bersyukur karna terlalu terlena dengan pencapaiannya, begitupun sebaliknya bila mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan kita putus asa. Tapi ketika hal itu terjadi ada baiknya juga karena dengan seperti itu kita mampu kembali kepada Allah dan mendekatkan diri kepada Allah.